Cari Blog Ini

Senin, 18 Maret 2013

ruam popok pada bayi



Diaper Rash

Definisi
Diaper rash adalah kemerahan pada kulit bayi akibat adanya kontak terus-menerus dengan lingkungan yang tidak baik.

Etiologi
1.      Tidak terjaganya kebersihan kulit dan pakaian bayi.
2.      Jarangnya mengganti popok setelah bayi BAB atau BAK
3.      Terlalu panas atau lembapnya udara/suhu lingkungan.
4.      Tingginya frekuensi BAB (diare)
5.      Adanya reaksi kontak terhadap karet, plastic, dan deterjen.

Tanda dan Gejala
1.      Iritasi pada kulit yang kontak langsung dengan allergen, sehingga muncul eritema.
2.      Erupsi pada daerah kontak yang menonjol, seperti bokong, alat genital, perut bawah, atau paha atas.
3.      Pada keadaan yang lebih parah dapat terjadi papilla eritematosa, vesikula, dan ulserasi.

Penatalaksanaan
1.      Daerah yang terkena ruam popok, tidak terkena air dan harus dibiarkan terbuka dan teta kering.
2.      Gunakan kapas halus yang mengandung minyak untuk membersihkan kulit yang iritasi.
3.      Segera bersihkan dan keringkan bayi setelah BAK atau BAB.
4.      Atur posisi tidur anak agar tidak menekan kulit/dearth iritasi.
5.      Usahakan memberikan makanan tinggi kalori tinggi protein (TKTP) dengan porsi cukup.
6.      Perhatikan kebersiahan kulit dan tubuh secara keseluruhan.
7.      Jagalah kebersihan pakaian dan alat-alat untuk bayi.
8.      Rendamlah pakaian atau velana yang terkena urine dalam air yang dicampur acidum borium, setelah itu bersihkan tetapi jangan menggunakan sabun cuci, segera bilas dan keringkan.

waspada muntah pada bayi



Muntah

Definisi
Muntah adalah keluarnya sebagian besar atau seluruh isi lambung yang terjadi setelah makanan masuk lambung agak lama, disertai kontraksi lambung dan abdomen. Dalam beberapa jam pertama setelah lahir, bayi mungkin mengalami muntah lendir, bahkan disertai sedikit darah. Muntah ini tidak jarang menetap setelah pemberian ASI atau makanan, keadaan tersebut kemungkinan disebabkan karena iritasi mukosa lambung oleh sejumlah benda yang tertelan selama proses persalinan.

Etiologi
Muntah bisa disebabkan karena berbagai hal seperti berikut ini.
1.      Kelainan kongenital
Pada saluran pencernaan, iritasi lambung, atresia esophagus, hirschprung, tekanan intrakarnial yang tinggi.
2.      Infeksi pada saluran pencernaan.
3.      Cara pemberian makan yang salah.
4.      Keracunan

Komplikasi
Komplikasi terjadinya muntah adalah sebagai berikut.
1.      Dehidrasi atau alkalosis karena kehilangan cairan tubuh/elektrolit.
2.      Ketosis karena tidak makan dan minum.
3.      Asidosis yang disebab adanya ketosis yang dapat berkelanjutan menjadi syok bahkan sampai kejang.
4.      Ketegangan otot perut, perdarahan konjungtiva, rupture esophagus, aspirasi yang disebabkan karena muntah yang sangat hebat.

Patofisiologi
Muntah terjadi ketika anak/bayi menyemprotkan isi perutnya keluar. terkadang sampai seluruh isinya dikeluarkan. Pada bayi, muntah sering terjadi pada minggu-minggu pertama. Hal tersebut merupakan reaksi spontan ketika isi lambung dikeluarkan dengan paksa melalui mulut. Reflex ini dikoordinasikan di medulla oblongata. Muntah dapat dikaitkan dengan keracunan, penyakit saluran pencernaan, penyakit intrakarnial, atau toksin yang dihasilkan oleh bakteri.

Sifat muntah
1.      Keluar cairan terus-menerus, hal ini kemungkinan disebabkan oleh obstruksi esophagus.
2.      Muntah proyektil, hal ini kemungkinan disebabkan oleh stenosis pylorus (suatu kelemahan pada katup di ujung bawah lambung yang menghubungkan lambung dengan usus 12 jari yang tidak mau membuka).
3.      Muntah hijau kekuning-kuningan kemungkinan akibat obstruktif (penyumbatan) di bawah ampula vateri.
4.      Muntah segera setelah lahir dan menetap, kemungkinan adanya tekanan intrakarnial yang tinggi atau obstruksi pada usus.

Penatalaksnaan
1.      Kaji faktor dan sifat muntah.
a.       Jika terjadi pengeluaran cairan terus-menerus, maka kemungkinan dikarenakan obstruksi esophagus.
b.      Jika terjadi muntah berwarna hijau kekuning-kuningan, maka patut dicuriagai adnya obstruksi di bawah ampula vateri.
c.       Jika terjadi muntah proyektil, maka harus dicurigai adanya stenosis pylorus.
d.      Jika terjadi segera setelah lahir kemudian menetap, maka kemungkinan terjadi peningkatan tekanan intracranial.
2.      Berikan pengobatan yang bergantung pada faktor penyebab.
3.      Ciptakan suasana tenang.
4.      Perlakukan bayi dengan baik dan hati-hati.
5.      Berikan diet yang sesuai dan tidak merangsang muntah.
6.      Berikan antiemetic jika terjadi reaksi simptomatis.
7.      Rujuk segera.


Gumoh 

Definisi
Gumoh adalah keluarnya kembalu sebagian kecil isi lambung setelah beberapa saat setelah makanan masuk ke dalam lambung. Muntah susu adalah hal yang biasa terjadi, terutama pada bayi yang mendapatkan ASI. Hal ini tidak akan mengganggu pertambahan berat badan secara signifikan. Gumoh biasanya terjadi karena bayi menelan udara pada saat menyusu.
Etiologi
Penyebab terjdinya gumoh adalah sebagsi berikut.
1.      Bayi sudah merasa kenyang.
2.      Posisi salah saat menyusui.
3.      Posisi botol yang salah.
4.      Tergesa-gesa saat pemberian susu.
5.      Kegagalan dalam mengeluarkan udara yang tertelan.

Patofisiologi
Pada keadaan gumoh, biasanya lambung sudah dalam keadaan terisi penuh, sehingga terkadang gumoh bercampur dengan air liur yang mengalir kembali ke atas dan keluar memalui mulut pada sudut-sudut bibir. Hal tersebut disebabkan karena otot katup di ujung lambung tidak bisa bekerja dengan baik. Otot tersebut seharusnya mendorong isi lambung ke bawah. Kebanyakan gumoh terjadi pada bayi di bulan-bulan pertama kehidupannya.

Penatalaksanaan
1.      Perbaiki teknik menyusui
2.      Perhatikan posisi botol saat pemberian susu.
3.      Sendawakan bayi setelah disusui.
4.      Lakukan teknik menyusui yang benar, yaitu bibir mencakup rapat seluruh putting susu ibu.

Hidrosefalus



 1.      Definisi
Hidrosefalus adalah jenis penyakit yang terjadi akibat gangguan cairan di dalam otak (cairan serebro spinal). Penyakit ini juga dapat ditandai dengan dilatasi ventrikel serebra, biasanya terjadi secara sekunder terhadap obstruksi jalur cairan serebrospinal, dan disertai oleh penimbunan cairan serebrospinal di dalam kranium; secara tipikal, ditandai dengan pembesaran kepala, menonjolnya dahi, atrofi otak, deteriorasi mental, dan kejang-kejang.

2.      Etiologi
Gangguan aliran cairan yang menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak yang selanjutnya akan menekan jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusat-pusat syaraf yang vital. Menurut lembaga National Instutite of Neurological Disorders and Stroke (NINDS), gangguan, aliran cairan otak ada tiga jenis yaitu :
a.       Gangguan aliran akibat adanya sirkulasi
Contoh : tumor otak yang terdapat di dalam ventrikel akan menyumbat aliran cairan otak.
b.      Aliran cairan otak tidak tersumbat, tetapi sebaliknya cairan otak itu diproduksi berlebihan, akibatnya cairan otak bertambah banyak. Contoh : tumor ganas di sel-sel yang memproduksi cairan otak.
c.       Cairan otak yang mengalir jumlahnya normaldan tidak ada sumbatan tetapi ada gangguan dalam proses penyerapan cairan ke pembuluh darah balik, sehingga otomatis jumlah cairan akan meningkat.
Misalnya : bila ada cairan nanah (meningitis atau infeksi selaput otak) atau darah (akibat trauma) di sekitar tempat penyerapan.

Ketidak seimbangan anatar produksi dan penyerapan, dapat perlahan atau progresif, menyebabkan ventrikel-ventrikel tersebut melebar, kemudian menyerang bagian otak sekitarnya. Tulang tengkorak bayi dibawah umur dua tahun yang belum menutup akan memungkinkan kepala bayi membesar. Pembesaran kepala merupakan salah satu petunjuk klinis yang penting untuk mendeteksi  hidrosefalus.

 3.      Komplikasi
Hidrosefalus sebaiknya diketahui sejak dini, karena hidrosefalus akan menyebabkan komplikasi apabila tidak segera mendapatkan penanganan. Manifestasi klinis antara lain ialah :
a.       Ubun-ubun besar bayi akan melebar dan menonjol
b.      Pembuluh darah di kulit kepala akan semakin jelas
c.       Gangguan sensorik-motorik
d.      Gangguan penglihatan (buta)
e.       Gerakan bola mata terganggu (juling)
f.       Terjadi penurunan aktifitas mental yang progresif
g.      Bayi rewel, kejang, muntah-muntah, panas yang sulit dikendalikan
h.      Gangguan pada fungsi vital akibat peninggian tekanan pada ruang tenggkorak yang berupa pernafasan yang lambat, denyut nadi turun, dan naiknya tekanan darah sistolik

4.      Penanganan
NINDS menyebutkan bahwa kategori penanganan hidrosefalus adalah “life saving and life sustaining” yang berarti penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang dilanjutkan dengan tindakan bedah secepatnya. Keterlambatan akan menyebabkan kecacatan dan kematian. Hal yang dilakukan untuk mengetahui penyakit ini antara lain adalah :
a.       Pengukuran lingkar kepala seacar serial dan teratur
Hal ini sangat penting untuk deteksi dini penyakit, karena pembesaran kepala merupakan salah satu petunjuk klinis yang penting untuk mendeteksi hidrosefalus.
b.      Foto polos kepala dan disusul dengan pemeriksaan ultrasonografi. Hal ini digunakan untuk menunjang dan melengkapi diagnosa sehingga diperlukan pemeriksaan tambahan mulai dari yang sederhana.
c.       Pemeriksaan dengan senografi
Pemeriksaan ini dapat dilakuan untik menjadi data minimal untuk menilai pelebaran ventrikel dan ketebalan jaringan otak. Jika ketebalan kurang dari 2 cm, maka nilai tindakan bedah tidak bermanfaat lagi.
d.      Pemeriksaan comuterized tomography scan (CT scan) atau magnetic resonance imaging (MRI)
Digunakan untuk mendeteksi struktur anatomi otak, dan penyebab hidrosefalus, misalnya tumor dalam rongga ventrikel yang semua itu berkaitan dengan strategi penanganan hidrosefalus.

Hal-hal yang dapat dilakukan untuk menangani hidrosefalus antara lain :
a.       Menggunakan teknologi pintasan seperti silicon
Hal ini penting karena selang pintasan itu ditanam dijaringan otak, kulit, dan rongga perut dalam waktu yang lama bahkan seumur hidup penderita sehingga perlu dihindarkan efek reaksi penolakan oleh tubuh. Tindakan bedah pemasangan selan pintasan dilakukan setelah diagnosa dilengkapi dan indikasi serta syarat dipenuhi. Tindakan dilakukan terhadap penderita yang dibius otak ada sayatan kecil di daerah kepala dan dilakukan pembukaan tulang tengkorak dan selaput otak yang selanjutnya selang pintasan ventrikel dipasang, disusul kemudian dibuang sayatan kecil di daerah perut, di buka rongga perut kemudian dipasang selang pintasan rongga perut antara kedua ujung selang tersebut dihubungkan, dengan sebuah selang pintasan yang ditanam dibawah kulit sehingga tidak terlihat dari luar.
b.      Teknik neurondoskopi
Endoskopi dapat digunakan sebagai alat diagnosa dan sekaligus tindakan bedah. VRIES pada tahun 1978 menggembangkan endoskopi yang canggih, yakni sebuah selang fiber-optik yang dilengkapi peralatan bedah mikro dan sinar laser. Dengan demikian, melalui sebuah lubang dikepala, selang dipadu dengan layar televisi, dioperasikan alat bedah untuk membuka tumor yang menyumbat rongga ventrikel kepala.