Herpes Simplex
Definisi
Herpes
adalah infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes simpleks (virus herpes
hominis) tipe I atau tipe II yang ditandai oleh adanya vesikel yang berkelompok
di atas kulit yang sembab dan eritomatosa pada daerah dekat mukokutan, sedangkan
infeksi dapat berlangsung baik primer maupun sekunder. Ada tujuh virus yang
dapat menyebabkan herpes yaitu Herpes Simplex Virus, Varizolla Zoster Virus (VZV), Cytomegalovirus (CMV),
Epstein-Barr Virus (EBV), dan Human Herpes Virus tipe 6 (HHV-6), tipe 7
(HHV-7), tipe 8 (HHV-8). Semua virus herpes memiliki ukuran dan morfologi
yang sama dan semuanya melakukan replikasi pada inti sel.
Herpes Genitalis pada Kehamilan
Bila pada kehamilan timbul herpes genitalis, maka perlu
mendapat perawatan yang serius, karena melalui plasenta virus dapat sampai ke
sirkulasi fetal, serta dapat menimbulkan kerusakan atau kematian pada janin.
Infeksi neonatal mempunyai angka mortalitas 60%, separuh dari yang hidup
menderita cacat neorologik atau kelainan organ seperti mata.
Kelainan yang timbul pada bayi dapat berupa ensefalitis,
keratokonjungtivitis, atau hepatitis, disamping itu dapat juga timbul lesi pada
kulit. Beberapa ahli kandungan memilih partus dengan SC, bila saat partus ibu
menderita infeksi ini. Tindakan ini diambil sebelum selaput amnion pecah atau
paling lambat 6 jam setelah selaput amnion pecah.
Di amerika frekueansi herpes neonataladalah 1 per 7500
kelahiran hidup. Bila transmisi terjadi pada trimester I cenderung terjadi
abortus; sedangkan bila pada trimester II akan terjadi prematuritas. Selain itu
dapat terjadi transmisi pada saat intra partum.
Etiologi dan Faktor Predisposisi
Virus
herpes simpleks tipe I dan II merupakan virus hominis DNA. Pembagian tipe I dan
II berdasarkan karakteristik pertumbuhan pada media kultur, antigenic, dan
lokasi klinis (tempat predileksi).
Patofisiologi
HSV-1 menyebabkan munculnya gelembung berisi cairan yang terasa
nyeri pada mukosa mulut, wajah, dan sekitar mata. HSV-2 atau herpes genital
ditularkan melalui hubungan seksual dan menyebabkan vagina terlihat seperti
bercak dengan luka mungkin muncul iritasi, penurunan kesadaran yang disertai
pusing, dan kekuningan pada kulit (jaundice) dan kesulitan bernapas atau
kejang. Biasanya hilang dalam 2 minggu infeksi, infeksi pertama HSV adalah yang
paling berat dan dimulai setelah masa inkubasi 4 - 6 hari. Gejala yang timbul
meliputi nyeri, inflamasi dan kemerahan pada kulit (eritema), dan
diikuti dengan pembentukan gelembung - gelembung yang berisi cairan bening yang
selanutnya dapat berkembang menjadi nanah diikuti dengan pembentukan keropeng
atau kerang (scab).
Setelah infeksi pertama, HSV memiliki kemampuan yang unik untuk
bermigrasi sampai pada saraf sensorik tepi menuju spinal ganglia dan
berdormansi sampai diaktifasi kembali. Pengaktifan virus yang berdormansi
tersebut dapat disebabkan penurunan daya tahan tubuh, stres, depresi, alergi
pada makanan, demam, trauma pada mukosa genital, menstruasi, kurang tidur, dan
sinar ultraviolet.
Tanda dan Gejala serta Komplikasi
A.
Gejala klinis
- lepuhan-lepuhan kecil yang berisi cairan dan pecah-pecah di kulit (lepuhan kadang terasa nyeri) cenderung membentuk kelompok, yang bergabung satu sama lain membentuk sebuah kumpulan yang besar
- lepuhan yang dikelilingi oleh daerah yang kemerahan dapat muncul di mana saja pada kulit atau selaput lendir, tapi paling sering terjadi dalam dan sekitar mulut, bibir dan kelamin
- beberapa hari kemudian lepuhan mulai mengering dan membentuk keropeng tipis yang berwarna kekuningan serta ulkus (luka) yang dangkal
(Encyclopedia of diseases and the solution, 2012)
Inveksi VHS ini berlangsung dalam 3 tingkatan.
1.
Infeksi primer
2.
Infeksi Laten
3.
Infeksi rekurens
1.
Infeksi primer
Tempat
predileksi VHS tipe I di daerah pinggang ke atas terutama di daerah mulut dan
hidung, biasanya dimulai pada anak-anak. Inokulasi dapat terjadi secara
kebetulan, misalnya kontak kulit pada perawat, dokter gigi, atau pada orang
yang menggigit jari (herpetic Whitlow).
Virus ini juga sebagai penyebab herpes
ensefalitis. Infeksi primer oleh VHS tipe II mempenyai tempat predileksi di
daerah pinggang ke bawah terutama di daerah genital, juga dapat menyebabkan
herpes meningitis dan infeksi neonates.
Daerah
predileksi ini sering kacau karena adanya cara hubungan seksual seperti
oro-genital, sehingga herpes yang terdapat pada daerah genital kadang-kadang
disebabkan oleh VHS tipe I sedangkan di daerah mulut dan rongga mulut dapat
disebabkan oleh VHS tipe II.
Infeksi
primer berlangsung lebih lama dan lebih berat, kira-kira 3 minggu dan sering
disertai gejala sistemik, misalnya demam, malese, dan anoreksia. Selain itu
dapat juga ditemukan pembengkakan kelenjar getah bening regional.
Kelainan
klinis yang dijumpai berupa vesikel yang berkelompok di atas kulit yang sembab
dan eritematosa, berisi cairan jernih dan kemudian menjadi seropurulen, dapat
menjadi kusta dan kadang-kadang mengalami ulserasi yang dangkal, biasanya
sembuh tnpa sikatriks. Pada perabaan tidak terdapat indurasi. Kadang-kadang
dapat timbul infeksi sekunder sehingga memberi gambaran yang tidak jelas.
Umumnya didapati pada orang yang kekurangan antibody virus herpes simpleks.
Pada wanita ada laporan yang mengatakan bahwa 80% infeksi VHS pada genitalia eksterna
disertai infeksi pada serviks.
2.
Fase Laten
Pada
fase ini tidak akan detemukan gejala klinis, tetapi VHS dapat ditemukan dalam
keadaan tidak aktif pada ganglion dorsalis.
3.
Infeksi Rekurens
Hal
ini berarti VHS pada ganglion dorsalis yang dalam keadaan tidak aktif, dengan mekanisme pacu menjadi aktif dan
mencapai kulit sehingga menimbulkan gejala klinis. Mekanisme pacu itu dapat
berupa trauma fisik (demam, infeksi, kurang tidur, hubungan seksual, dan
sebagainya), trauma psikis (gangguan emosional, menstruasi), dan dapat pula
timbul akibat jenis makanan dan minuman yang merangsang.
Gejala
klinis yang timbul lebih ringan dari pada infeksi primer dan berlangsung
kira-kira 7 sampai 10 hari. Sering ditemukan gejala prodromal local sebelum
timbul vesikel berupa rasa panas, gatal, dan nyeri. Infeksi rekurens ini dapat
timbul pada tempat yang sama (loco) atau tempat lain/tempat di sekitarnya (non
loco).
B. Pemeriksaan Pembantu Diagnosis
Virus
herpes ini dapat ditemukan pada vesikel dan dapat dibiakan. Pada keadaan tidak
ada lesi dapat diperiksa antibody VHS. Pada percobaan Tzanck dengan pewarnaan
Giemsa dapat ditemukan sel datia berinti banyak dan badan inklusi intranuklear.
C. Diagnosa Banding
Herpes
simpleks di daerah sekitar mulut dan hidung harus dibedakan dengan impetigo
bulosa. Pada daerah genitalia harus dibedakan dengan ulkus durum, ulkus mole,
dan ulkus mikstum, maupun ulkus yang mendahului penyakit limfogranuloma
venerum.
Penatalaksanaan
Hingga
saat ini belum ada terapi yang memberikan penyembuhan radikal, artinya tidak
ada pengobatan yang dapat mencegah fase rekurens secara tuntas. Pada lesi yang
dini dapat digunakan obat topikal berupa salep/krim yang mengandung preparat
idoksuridin (stoxill, viruguent,
viruguent-P) dengan cara aplikasi, yang sering dengan interval beberapa jam. Preparat asiklovir (zovirax) yang
dipakai secara topical dapat mengganggu replikasi DNA virus. Pengobatan klinis
hanya bermanfaat jika penyakit sedang aktif. Jika timbul ulserasi dapat
dilakukan kompres.
Pengobatan
oral berupa preparat asiklovir, tampaknya memberikan hasil yang lebih baik.
Fase aktif menjadi lebih singkat dan masa rekurensnya lebih panjang. Dengan
dosis 5 x 200 mg sehari selama 5 hari.
Pengobatan
parenteral dengan asiklovir terutama ditujukan pada penyakit yang lebih berat
atau jika timbul komplikasi pada alat dalam. Begitu pula dengan preparat
adenine arabinosid (vitarabin). Interferon sebuah preparat glikoprotein yang
dapat menghambat reproduksi virus, juga dapat menghambat reproduksi virus juga
dapat dipakai secara parenteral.
Terapi yang disarankan untuk memperkuat imunitas tubuh:
(Antioksidan penangkal radikal bebas serta berfungsi meningkatkan kekebalan
tubuh)
- SGF
(makanan padat gizi untuk membantu menstimulasi sistem daya tahan tubuh. juga
mencukupi kebutuhan kebutuhan vit. A, B compleks dan C untuk mencegah agar
tidak terjadi penyebaran infeksi (infeksi tidak semakin luas)
(untuk infeksi pada daerah genitalia)
(memaksimalkan penyerapan nutrisi/suplemen serta memperbaiki kualitas cairan
tubuh)
Untuk
mencegah rekurens berbagai usaha yang dilakukan dengan tujuan meningkatkan
imunitas-imunitas selular dengan memberi levamisol dan isoprinosin atau
asiklovir secara berkala dan mengonsumsi produk makanan seaktif enzym SOD, menurut beberapa penelitian memberikan hasil yang
baik. Efek levamisol dan isoprinosin ialah sebagai imunostimulator. Pemberian
vaksinasi cacar sekarang tidak lagi digunakan.
Prognosis
Selama pencegahan rekurens masih merupakan masalah, hal
tersebut secara psikologis akan menjadi beban bagi penderita. Pengobatan secara
dini dan tepat memberi prognosis yang lebih baik, yakni masa penyakit
berlangsung lebih singkat dan rekurens lebih jarang.
Pada orang dengan gangguan imunitas, misalnya pada
penyakit-penyakit dengan tumor di system retikuloendotelial, pengobatan dengan
imunosupresan yang lama atau fisik yang sangat lemah menyebabkan infeksi ini
dapat menyebar kea alat-alat dalam dan menjadi fatal. Prognosis akan lebih baik
seiring dengan meningkatnya usia seperti pada orang dewasa.
dapatkan tips-tips kesehatan sehari-hari... yu follow juga @ranhae